A Romantic Story About Serena (28 page)

BOOK: A Romantic Story About Serena
8.8Mb size Format: txt, pdf, ePub

Hening
sejenak, terasa begitu lama sampai kemudian terdengar Rafi menghela nafas panjang.

“Apakah
kau mencintainya ?”, tanyanya pelan

“Sangat”,
jawab Damian cepat, tulus.

Rafi
memejamkan mata ketika rasa perih menyengat di dadanya mendengar ketulusan
Damian kepada Serena. Mengetahui bahwa ada lelaki lain yang mencintai Serena
dengan intensitas begitu besar kepada Serena ternyata menyakitinya, membuatnya
terasa terpuruk dan di kalahkan. Tapi Rafi menguatkan hatinya, semua demi
Serena, demi kebahagiaan Serenanya.

“Apakah
kau akan membahagiakannya?”

“Kebahagiaannya
akan menjadi tujuan hidupku”, gumam Damian jujur, dia lalu menoleh menatap Rafi
yang sedang menatapnya, dua laki-laki yang mencintai satu wanita saling
bertatapan.

“Maafkan
aku….”, Damian mengehela nafas, “aku tidak pernah bermaksud mencuri Serena
darimu, aku tidak mengetahui keberadaanmu sampai saat terakhir, kau tahu”

Rafi
mengernyit mendengar informasi yang baru didapatnya itu, Vanessa belum
menceritakan semua ini padanya, mungkin Vanessa ingin Rafi mendengar sendiri
dari mulut Damian.

“Serena
tidak menceritakan alasan kenapa dia menjual diri padamu?”

“Tidak,
mungkin semua akan berbeda jika dia menceritakan semuanya dari awal’, gumam
Damian penuh penyesalan, “aku memang jahat dan selalu mengambil apa yang
kuinginkan tanpa tanggung-tanggung, tapi aku tidak pernah mengambil keuntungan
dari penderitaan seseorang. Saat itu dia datang padaku, menjual dirinya
padaku….kau tahu apa yang kupikirkan waktu itu ?”, Damian menatap Rafi dengan
sedih, “Kupikir dia pelacur penggemar barang-barang mahal yang putus asa
membutuhkan uang untuk memenuhi hasratnya akan kemewahan”

“Serena
tidak seperti itu”, geram Rafi marah.

“Ya, dia
tidak seperti itu”, Damian setuju, “Tapi waktu itu apa yang bisa dipikirkan
lelaki seperti aku ? lelaki dengan kekayaan yang selalu mendapatkan wanita
karena uang ? aku memang salah waktu itu, aku menginginkan Serena dan aku punya
uang yang diinginkannya, jadi kuterima tawarannya”

“Tapi
pada akhirnya kau tetap jatuh cinta padanya meskipun kau menganggap dia pelacur
murahan”, Rafi merenung,

Sekali
lagi Damian menganggukkan kepalanya,

“Ya, aku
jatuh cinta kepadanya, bahkan aku mulai tidak peduli kalau ternyata memang
hanya menginginkan uangku, aku berpikir, tidak apa-apa, toh aku punya uang
banyak, tidak apa-apa selama dia ada di sisiku”, Damian menghela nafas panjang,

“Kenyataan
tentang keberadaanmu pada akhirnya menghantamku…….. bahwa dia melakukan semua
ini demi cintanya kepadamu”

Rafi
memejamkan matanya,

“Dia
sudah tidak mencintaiku lagi, dia hanya kasihan dan merasa bertanggung jawab”

“Dia
tetap mencintaimu”, Damian tersenyum sayang ketika membayangkan Serena,
“hatinya selalu dipenuhi cinta tanpa pandang bulu, mungkin karena itulah dia
berhasil menyentuh hatiku yang gelap”

Rafi
menganggukkan kepala, ikut tersenyum ketika membayangkan Serena,

“Yah….
Meskipun begitu, hatinya sudah kau miliki”, Rafi menghela nafas, “Aku akan
melepaskan Serena”

“Kau
pikir dia akan mau ?”, sela Damian sedih, “Dia sudah memutuskan akan menjagamu,
dia tidak akan mau”

“Dia
pasti mau, aku sendiri yang akan berbicara padanya, aku tidak perlu dijaga, terapi
ini berhasil dan Vanessa meyakinkan kalau aku rutin melakukannya, dalam waktu
empat bulan aku sudah akan bisa berjalan dengan normal. Aku masih bisa
melanjutkan karirku sebagai pengacara setelahnya, mungkin butuh waktu lama dan
aku harus belajar lagi, tapi kurasa aku bisa melangkah dengan kekuatanku
sendiri”

Damian
menganggukkan kepalanya, yakin kalau Rafi pasti mampu melakukan apa yang
dikatakannya.

“Maafkan
aku”, gumamnya tulus.

“Kenapa
?”, Rafi mengernyit menatap Damian ingin tahu,

“Karena
sudah mengalihkan hati Serena darimu”

Rafi
tersenyum, kali ini senyum yang benar-benar tulus,

“Seharusnya
aku berterimakasih kepadamu, kau menjaganya selama aku tidak bisa ada untuk
menjaganya”

Damian
terdiam, Rafi juga terdiam lama.

Lalu
Damian mengaku,

“Kau
mungkin ingin memukulku, bahkan membunuhku setelah aku mengatakannya padamu….”

“tentang
apa ?”, mau tak mau Rafi merasakan ingin tahu ketika mendengar nada misterius
di suara Damian.

Sesaat
Damian tampak kesulitan berbicara,

“Aku… aku
punya rencana jahat untuk merebut Serena darimu, aku pikir kalau Serena tidak
mau memilihku, aku akan memaksanya memilihku”

“Rencana
jahat apa ?”, sela Rafi, langsung waspada

Damian
tertawa getir,

“Bukan…
rencana ini tidak menyakiti siapapun….. kau tahu…. Aku ingin sengaja membuat Serena
hamil… agar mau tak mau dia menjadi milikku”

Sejenak
Rafi terdiam, pengakuan Damian ini mau tak mau menyulut kemarahannya. Menyadari
bahwa Damian memanipulasi kepolosan Serenanya.

“Dasar
Brengsek”, geram Rafi pelan.

Damian
menganggukkan kepalanya,

“Ya
memang, aku brengsek. aku putus asa, setengah gila untuk memiliki Serena, aku
minta maaf”

“Menurutmu
apakah rencana jahatmu itu sudah berhasil?”, Tanya Rafi kemudian, tiba-tiba
menghubungkannya dengan kondisi sakit Serena.

Damian
mengangguk, menahan perasaannya untuk menjaga perasaan Rafi, tapi mau tak mau
Rafi melihat sorot bahagia yang menyala-nyala di mata Damian. Tiba-tiba dia
merasa tenang, lelaki ini sungguh mencintai Serena, putusnya dalam hati,
mungkin lebih dalam dari cintanya sendiri kepada Serena…

“Vanessa 
tadi sore menghubungiku, memberitahu kondisi Serena, dan entah kenapa aku tahu.
Aku tahu bahkan sebelum mereka melakukan test, aku tahu begitu saja”

“Dan
karena itu kau kecelakaan, kau dalam perjalanan menemui Serena?”

Damian
tersenyum, tidak  berkata-kata, tapi matanya menjelaskan semuanya.

“Lelaki
bodoh”, gumam Rafi getir. Dan Damian tertawa mendengarnya,

“Memang”,
gumamnya dalam tawa, lalu mengulurkan tangannya kepada Rafi, “Terimakasih atas
kebaikan hatimu”

Rafi
menyambut jabatannya dengan hangat,

“Aku
melakukannya demi Serena, bukan demi kamu, jadi ingat saja, kapanpun kau
berani-beraninya membuat Serena tidak bahagia, kau akan mendapati dirimu
berhadapan denganku”

Damian
tersenyum mempererat jabatan tangannya,

“Aku
berjanji kau tidak akan pernah berhadapan denganku”

*********

“Ketika
Serena membuka matanya, dia mendapati Rafi duduk di sisi ranjangnya. Menatapnya
dalam senyum.

Serena
langsung sadar bahwa karena kepanikannya tadi dia melupakan keberadaan Rafi. Ya
Tuhan !! Apa yang dipikirkan Rafi ketika menyaksikan semuanya tadi ?? Pikiran
itu membuatnya panik dan hendak bangkit dari ranjangnya, tapi Rafi menahannya
dengan tangannya,

“Tidak
apa-apa, tetap berbaring”, gumamnya lembut.

Serena
menurut membaringkan tubuhnya, tetapi menatap Rafi dengan kepanikan mendalam,

“Rafi
aku…..”

“Sudah
kubilang tidak apa-apa, aku sudah tahu semuanya Serena, dan aku mengerti”

Kata-kata
itu membuat wajah Serena pucat pasi,

“Tahu apa
? mereka mengatakan apa padamu ?”, bisiknya lemah.

“Semuanya,
tentang dirimu dan Damian, dan perasaanmu kepadanya”

“Aku
tidak punya perasaan apa-apa kepada….”

“Sttttt”,
Rafi menghentikan kata-kata Serena, “Tidak perlu membohongi dirimu sendiri lagi
Serena,  “aku sudah tahu semuanya, kau begitu menyayangiku sehingga mau
berkorban untukku, tubuhmu kau korbankan’, Rafi menghela nafasnya pedih, “Dan
sekarang, bahkan jiwa dan kebahagiaanmu mau kau korbankan juga untukku ?”

Mata
Serena mulai berkaca-kaca,

“Aku
tidak merasa mengorbankan apapun Rafi, aku mencintaimu, aku ingin menjagamu, aku…..”

Dengan
lembut Rafi meraih tangan Serena dan menggenggamnya,

“Ya aku
yakin, kau sangat mencintaiku, aku percaya itu”, dengan lembut Rafi menoleh ke
arah pintu, “ Dia ada di luar, menunggu waktu untuk menemuimu, aku sudah
berbicara dengannya dan yakin bahwa cintanya padamu begitu besar, bahkan
mungkin lebih besar dari cintaku padamu”, desah Rafi getir.

“Jangan
berkata seperti itu”, air mata mulai menetes di pipi Serena, dan Rafi
mengapusnya dengan lembut

“Itu
kenyataannya, dia begitu mencintaimu sehingga mau mengambil resiko apapun agar
kau bahagia, dan dia rela dibenci olehmu agar kau bahagia”, Rafi tersenyum
lembut, “Terus terang aku mengaguminya dan aku merasa tenang kalau dia yang
menjagamu”

“Jangan
berkata seperti itu”, Serena mulai merasa dirinya seperti kaset yang rusak,
mengulang-ulang kalimat yang sama,

“Aku
harus mengatakannya”, gumam Rafi sedikit geli dengan kata-kata Serena. Yah, dia
ternyata bisa bahagia juga menyadari bahwa pada akhirnya dia akan memberikan
kebahagiaan pada Serena, kebebasan yang akan di berikan pada Serena akan
membawa perempuan yang dicintainya itu kepada kebahagiaan, dan Rafi merasakan
kebahagiaan tersendiri ketika dia pada akhirnya merelakan Serena. Semua patah
hati dan kesakitannya akan sepadan dengan senyum dan kebahagiaan Serena pada
akhirnya. “Tapi sebelumnya aku harus bertanya kepadamu, Serena, apakah kau
mencintai Damian ?”

Pertanyaan
yang diungkapkan secara langsung tanpa diduga itu membuat Serena tertegun,

“Rafi …
aku…”

“Tanyakan
kepada hatimu Serena”, bisik Rafi lembut, mendorong Serena agar mau jujur
kepada dirinya sendiri,  “Aku yakin kau sudah menyadarinya, kau hanya
perlu mengakuinya kepadaku”,

Di luar,
Damian yang menunggu sambil bersandar di tembok dekat pintu masuk mendengar
semuanya, jantungnya berdetak keras, penuh antisipasi, ikut menanti jawaban
Serena.

Kumohon
katakan Ya
, bisik Damian dalam hati, menjeritkan
permohonannya dalam diam, 
kumohon katakan Ya , kau mencintaiku Serena.

Di dalam
ruangan Serena tertegun, menatap Rafi, menatap ketulusan yang ada di sana.
Tidak apa-apakah kalau dia mengakuinya? Tidak apa-apakah kalau Rafi akhirnya
mendengarnya?

Serena
menarik napas dalam dalam, menahankan debar jantungnya, lalu menghembuskannya
pelan-pelan.

"Ya
Rafi", gumamnya lembut setengah berbisik, "Ya, aku mencintai Damian,
aku sangat mencintainya", air mata menetes lagi di pipinya.

Rafi
mengusap air mata itu dengan lembut, sedikit melirik ke pintu, menyadari
kehadiran Damian di sana. 
Kau dengar itu Damian ? Gumamnya dalam hati,
Permataku ini mencintaimu, dia sangat berharga dan dia mencintaimu, kau harus
menjaganya baik-baik, jangan pernah menyakitinya...

Di luar
Damian memejamkan matanya mendengar pengakuan Serena itu, dia dipenuhi kelegaan
yang luar biasa. Serena hampir tidak pernah mengungkapkan perasaan padanya,
Damian harus selalu mengukur-ukur, menebak-nebak dari mata dan tindakan Serena.
Dan mendengar sendiri kalimat itu dari bibir Serena, diucapkan dengan penuh
keyakinan, mau tak mau membuat tubuhnya dibanjiri aliran kebahagiaan.

"Dia
pasti akan menjagamu Serena, kau tidak usah mencemaskan aku lagi, aku sudah
tidak perlu dijaga"

"Tapi,
Rafi..."

Rafi
tersenyum dan menggelengkan kepalanya,

"Dokter
Vanessa mengajakku ke jerman. Disana dia punya kenalan spesialis tulang dan
saraf yang sangat ahli, yang bisa menyembuhkanku lebih cepat, dan kupikir aku
akan mengambil kesempatan itu",

Serena
membelalakkan matanya, pucat pasi,

"Rafi....
Kau akan pergi ??"

Rafi
menganggukkan kepalanya,

"Aku
akan mengejar kebahagiaanku, aku akan menyembuhkan diri dan memulai karirku, masih
ada harapan dan aku tidak akan menyerah. Kau sudah memberiku contoh dengan
berjuang untukku tanpa putus asa padahal kemungkinan aku terbangun dari koma
sangat kecil, jadi sekarang aku akan berusaha berjuang",

Serena
tertegun, kehabisan kata-kata mendengar kalimat Rafi. Dia hanya punya satu hal
untuk diungkapkan, kata maaf, maaf karena aku mencintai orang lain, maaf karena
aku mengkhianati cintamu, maaf karena aku membiarkan hatiku dimiliki orang
lain.

Ketika
dia akan membuka mulutnya untuk meminta maaf, Rafi mencegahnya dengan menaruh
jemarinya di bibir Serena,

"Jangan
meminta maaf, aku tahu kau akan meminta maaf", Rafi tersenyum simpul,
"Kau tidak perlu meminta maaf, kau tidak pernah berniat mengkhianatiku,
bahkan kau malah berniat mengorbankan hati dan perasaanmu demi aku. Seharusnya
aku yang berterimakasih padamu"

Dengan
lembut Rafi melepaskan cincin emas pertunangan di tangannya, dan meletakkannya
dalam genggaman Serena,

"Aku
melepaskanmu, Serena, tunanganku yang berharga. Terimakasih untuk cinta yang
pernah kita bagi bersama. Terimakasih untuk semua perjuangan yang telah kau
korbankan untukku, Terimakasih karena pernah mencintaiku", dengan lembut
Rafi mengecup jemari Serena yang terpaku, "sekarang kau bebas, kejarlah
kebahagiaanmu sendiri"

Other books

Decency by Rex Fuller
Truck Stop by Jack Kilborn
The Curiosity by Stephen Kiernan
The Late Monsieur Gallet by Georges Simenon, Georges Simenon
Laggan Lard Butts by Eric Walters
Exquisite Corpse by Poppy Z. Brite, Deirdre C. Amthor
Rogue by Cheryl Brooks